TIMES SUMSEL, PADANG – Sepak bola bukan sekadar olahraga. Bagi banyak negara, ia adalah cermin dari aspirasi, identitas, dan kekuatan kolektif. Tim nasional sepak bola, sebagai representasi tertinggi sebuah negara di arena internasional, juga sering kali diidentifikasi sebagai simbol heroisme yang dapat membangkitkan semangat nasionalisme. Terungkap, di balik euforia yang menyertai setiap kemenangan atau kekalahan, ada dinamika yang kompleks mengenai bagaimana heroisme olahraga berfungsi sebagai alat edukasi nasionalisme.
Heroisme dan Identitas Nasional
Heroisme yang ditampilkan oleh tim nasional sepakbola sering kali dipandang sebagai manifestasi dari identitas nasional. Ketika timnas meraih kemenangan, terutama dalam kompetisi internasional, mereka tidak hanya merayakan kemenangan di lapangan, tetapi juga memperkuat rasa kebanggaan dan kesatuan di kalangan warga negara. Dalam konteks ini, heroisme tidak hanya terkait dengan keterampilan atletik, tetapi juga dengan kemampuan tim untuk merepresentasikan nilai-nilai dan aspirasi bangsa.
Di timnas senior kita, yang kini sedang berjuang di babak ketiga kualifikasi Piala Dunia, heroisme itu tampak secara masif dan kolektif ditularkan secara gegap-gempita. Termutakhir, kita semua dapat melihat betapa penampilan optimal di dua laga terakhir, baik saat melawan timnas Arab Saudi maupun Australia, capaian timnas yang didapat melalui penampilan heroik telah berhasil meningkatkan tensi nasionalisme, mempersatukan seluruh elemen bangsa. Bisa kita simak di kanal-kanal digital dan berbagai platform media sosial, rakyat serentak, serempak dan kompak menyalurkan ekspresi yang sama dalam kerangka nasionalisme.
Hal ini tentu sangat logis, mengingat dari perspektif sosiologi olahraga, heroisme olahraga berfungsi sebagai bentuk narasi nasional yang menghubungkan individu secara kolektif. Menurut teori identitas sosial, individu membentuk identitas mereka melalui afiliasi dengan kelompok yang lebih besar, dalam hal ini, negara mereka.
Pada titik ini, “kemenangan” timnas menciptakan narasi heroik yang memperkuat rasa kesetiakawanan dan kebanggaan terhadap negara. Seiring dengan itu, simbolisme yang melekat pada timnas memperkuat konsep kebanggaan nasional sebagai komponen penting dari identitas kolektif.
Peran Edukasi Nasionalisme via Sepakbola
Ke depan, oenting untuk mengeksplorasi bagaimana heroisme timnas berfungsi sebagai alat edukasi nasionalisme. Edukasi nasionalisme melalui sepakbola melibatkan lebih dari sekadar merayakan kemenangan. Ini termasuk pembelajaran nilai-nilai seperti kerja keras, semangat juang, dan kolaborasi, yang sering kali diartikulasikan melalui pencapaian tim nasional.
Dalam hal ini, sepakbola potensial berfungsi sebagai media edukasi yang mengajarkan nilai-nilai nasionalisme kepada masyarakat. Misalnya, keberhasilan timnas sering kali diasosiasikan dengan pengorbanan dan dedikasi yang luar biasa. Oleh karena itu, masyarakat didorong untuk meniru nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Di sisi lain, kegagalan atau kekalahan juga memberikan kesempatan untuk pembelajaran tentang resilience dan ketahanan, mengajarkan pentingnya belajar dari kesalahan dan berusaha untuk bangkit kembali.
Edukasi Nasionalisme: Dinamika Kritis
Meskipun heroisme timnas sepakbola dapat berfungsi sebagai alat edukasi nasionalisme, ada beberapa dinamika kritis yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah risiko pembentukan identitas nasional yang sempit atau eksklusif. Ketika fokus pada heroisme timnas menjadi sangat dominan, ada potensi untuk marginalisasi kelompok-kelompok tertentu yang mungkin merasa tidak terwakili atau tidak terlibat dalam narasi heroik yang ada.
Misalnya, keberhasilan timnas yang didorong oleh kelompok etnis atau daerah tertentu dapat menyebabkan ketegangan antara kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Di kita, mungkin yang lebih sensitif itu adalah keterbelahan dari sisi dukungan egosentris terhadap klub masing-masing.
Dalam reportase beberapa media seusai pertandingan Indonesia vs Australia pada 10/9/2024 lalu dapat kita simak mengenai gesekan egosentrisme antar pendukung klub. Dalam kasus ini, edukasi nasionalisme melalui sepakbola dapat berpotensi mengeliminasi bahkan memitigasi gesekan yang berpotensi berujung kepada eskalasi konflik yang lebih besar.
Selain itu, fenomena keterbelahan di kalangan netizen terkait pemain lokal dan naturalisasi juga menjadi isu penting. Perdebatan mengenai pemain yang dinaturalisasi dibandingkan dengan pemain lokal sering kali menciptakan polarisasi di kalangan penggemar sepakbola.
Di satu sisi, pemain yang dinaturalisasi dianggap sebagai aset strategis yang dapat meningkatkan performa tim nasional. Namun, di sisi lain, keputusan untuk memilih pemain yang dinaturalisasi sering kali menghadapi kritik karena dianggap mengabaikan potensi pemain lokal yang telah berjuang di liga domestik.
Polarisasi ini mencerminkan ketegangan antara pencarian hasil yang optimal dan upaya untuk memperkuat identitas lokal dalam tim nasional. Kontroversi ini menunjukkan bagaimana heroisme timnas dan edukasi nasionalisme dapat terganggu oleh dinamika politik dan sosial yang kompleks. Hal ini juga menggarisbawahi perlunya pendekatan yang lebih inklusif dalam membangun narasi nasionalisme, agar tidak memperburuk ketegangan sosial.
Sepak bola dan Nasionalisme di Berbagai Negara
Studi kasus dari berbagai negara menunjukkan bagaimana heroisme timnas sepakbola dapat mempengaruhi nasionalisme dan sebaliknya. Di Brasil, misalnya, keberhasilan tim nasional sepakbola di Piala Dunia sering kali dikaitkan dengan identitas nasional dan kebanggaan kolektif. Namun, Brasil juga menghadapi tantangan terkait dengan ketidaksetaraan sosial dan politik yang dapat terabaikan dalam euforia kemenangan timnas.
Di negara-negara Eropa seperti Jerman, Inggris, Spanyol dan Italia, keberhasilan timnas juga sering digunakan sebagai alat untuk memperkuat identitas nasional. Namun, ini juga memunculkan kritik terkait dengan penggunaan sepakbola sebagai alat politik dan propaganda yang dapat memperkuat narasi nasionalisme yang eksklusif.
Kesimpulannya, heroisme timnas sepakbola memainkan peran penting dalam edukasi nasionalisme, menyediakan contoh konkret dari nilai-nilai yang ingin diajarkan kepada masyarakat. Namun, penting untuk mendekati fenomena ini dengan perspektif kritis. Edukasi nasionalisme melalui sepakbola harus dirancang dengan hati-hati untuk memastikan bahwa ia tidak memperkuat ketidakadilan atau eksklusi sosial.
Sebagai simbol heroik dan alat pendidikan, sepakbola memiliki potensi untuk mempromosikan nilai-nilai positif yang dapat memperkuat rasa kebanggaan dan kesatuan nasional, tetapi juga memerlukan pengelolaan yang bijaksana untuk memastikan bahwa nilai-nilai tersebut diterapkan secara adil, elegan, inklusif dan efektif.
***
*) Oleh : Mohammad Isa Gautama, Dosen Komunikasi Politik, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |