TIMES SUMSEL, MALANG – SMAN 1 Malang menggelar kegiatan literasi bertajuk 'Bedah Buku dan Diaspora Mitreka Satata' pada Senin (15/4/2025).
Bertempat di Aula Mitreka Sabha SMAN 1 Malang, acara ini menghadirkan dua penulis inspiratif yang membedah karya mereka yang sarat makna dan refleksi sosial.
Dua buku yang dibahas dalam kesempatan tersebut adalah 'Salah' karya Dr Basuki Agus Priyana Putra, MPd dan antologi 'Merajut Asa' yang ditulis Prima Harrison, SS, MKrim.
Keduanya memaparkan proses kreatif penulisan buku, latar belakang ide, hingga makna yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Dalam sesi wawancara, Prima Harrison mengungkapkan bahwa 'Merajut Asa' berangkat dari pengalaman pribadinya saat menjalani kuliah di jurusan Kriminologi Universitas Indonesia di tengah pandemi Covid-19.
Pemberian hadiah dari salah satu narasumber, kepada beberapa siswa yang melontarkan pertanyaan saat sesi tanya jawab (Foto: Ahmad Dhani Prasetyo Rojab/ TIMES Indonesia)
"Buku 'Merajut Asa' jadi menjawab bahwa, apa yang kita alami tidak ada yang kebetulan dan semuanya ada hikmahnya," ungkapnya.
Prima bercerita bahwa ia sempat berada di persimpangan antara melanjutkan atau berhenti kuliah. Namun, setelah berdiskusi dengan sang istri, ia memilih untuk tetap melanjutkan studi.
Dalam proses itulah ia mengikuti sayembara antologi dari HIMPAS UI dan terpilih menjadi salah satu dari 30 penulis terpilih dari sekitar 100 peserta.
"Saya menulis dengan judul 'Ketika Harus Kuliah di Usia Setengah Abad' karena itulah kenyataannya. Dari sanalah saya juga akhirnya menulis tesis yang kemudian saya bukukan menjadi 'Pemberdayaan Majelis Taklim dalam Pencegahan Kejahatan'," tambahnya.
Sementara Dr Basuki Agus Priyana Putra memaparkan ide kreatif di balik buku cerpennya berjudul 'Salah'. Menariknya, tokoh utama dalam cerpen tersebut adalah seorang badut. Tokoh yang ia pilih bukan tanpa alasan.
"Saya memilih badut karena maknanya bisa leksikal dan simbolik. Leksikal sebagai penghibur, namun dalam makna simbolik, badut bisa jadi perlambang sinisme dan sarkasme dalam kehidupan. Kita semua pernah menjadi badut, saat perkataan tidak sesuai dengan hati atau keputusan yang tidak kita penuhi," jelasnya.
Inspirasi ini juga berasal dari pengamatannya terhadap para badut di Lapangan Rampal pada tahun 90-an, di mana ia melihat perjuangan hidup yang tak kalah kompleks di balik senyum dan kostum meriah.
Acara yang dimoderatori oleh Junita Rahma Ariyani, SPd. ini berlangsung penuh semangat. Para siswa dan guru terlibat aktif dalam diskusi, menyampaikan pertanyaan dan pandangan kritis atas isi dan makna buku yang dibedah.
Moh Syaiful Hafid selaku Koordinator Tim Gerakan Literasi (Gelis) Merdeka SMAN 1 Malang mengungkapkan bahwa kegiatan ini juga menjadi salah satu upaya untuk menjaga budaya akademik dan kedekatan dengan para alumni sekolah.
Foto bersama narasumber serta para siswa yang hadir di acara bedah buku, di aula Mitreka Sabaha SMAN 1 Malang. (Foto: Ahmad Dhani prasetyo Rojab/TIMES Indonesia).
Melalui Diaspora Mitreka Satata, pihaknya berupaya mengajak para alumni untuk ikut bergabung secara virtual karena keterbatasan jarak.
"Harapannya, tak hanya alumni yang berada di luar kota atau negeri, tetapi juga mereka yang sedang merantau bisa turut berbagi kisah dan pengalaman inspiratif. Salah satu bentuknya adalah lewat kegiatan bedah buku ini," ujarnya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian HUT ke-75 SMAN 1 Malang yang puncaknya akan digelar 17 April 2025 mendatang. Selain menjadi ajang mempererat hubungan antar warga sekolah, acara ini juga bertujuan menumbuhkan budaya literasi dan mendorong semangat berkarya di kalangan generasi muda.
Tak sekadar menjadi ruang berbagi pengalaman, "Bedah Buku dan Diaspora Mitreka Satata" hadir sebagai wadah refleksi peran literasi dalam membentuk karakter serta menyuarakan perubahan di tengah masyarakat. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Menggugah Gagasan Lewat Lembar Literasi, Cerita di Balik Bedah Buku SMAN 1 Malang
Pewarta | : Kamiliya Salsabila Imelda (Magang MBKM) |
Editor | : Ronny Wicaksono |