TIMES SUMSEL, MALANG – Pemilihan Wakil Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) periode 2024-2027 adalah momentum penting bagi para insinyur di Tanah Air untuk menghadapi tantangan masa depan. Ir. Sutopo Kristanto, MM., IPU., dengan pengalaman dan visinya yang kuat, hadir menawarkan solusi strategis untuk mempercepat transformasi keberlanjutan di sektor energi, infrastruktur, dan teknologi.
"Dalam konteks lokal Indonesia, peran insinyur dalam memastikan transisi energi berkelanjutan dan meminimalkan dampak lingkungan memerlukan pendekatan strategis dan holistik yang melibatkan pembentukan ekosistem kolaboratif," kata Sutopo yang menyalonkan diri sebagai Wakil Ketua PII, Senin (25/11/2024).
Ketua Umum Ikatan Alumni ITS (IKA ITS) ini, memahami bahwa Indonesia membutuhkan peran insinyur yang inovatif dan berorientasi keberlanjutan untuk mendorong perubahan positif. Untuk menjawab tantangan tersebut, ia menegaskan kembali tiga komitmen strategisnya:
Pertama adalah soal Transisi Energi Berbasis Teknologi Hijau. Sutopo akan memanfaatkan sumber daya lokal seperti energi panas bumi, biomassa, dan tenaga surya untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
Kedua, soal Kolaborasi Multistakeholder. Sutopo yang saat ini masih menjabat sebagai Anggota Dewan Pakar Pengurus Pusat PII ini, punya komitmen kuat untuk membangun ekosistem yang melibatkan pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat untuk mendukung pengembangan teknologi yang berkelanjutan.
Yang ketiga adalah soal Pengembangan Kapasitas Insinyur. Direktur Utama PT Jakarta Tollroad Development ini, akan memulai beberapa langkah besar untuk menyiapkan generasi insinyur yang kompeten melalui pelatihan dan pendidikan yang relevan dengan tren global seperti energi terbarukan dan circular economy.
Langkah Strategis untuk Masa Depan
Komitmen Sutopo untuk membawa insinyur Indonesia ke 'Next Level' tersebut, bukan sekadar slogan. Dia dengan sangat detil dan rinci menawarkan sejumlah program konkret.
Berikut detil program itu:
1. Membangun Ekosistem Kolaborasi untuk Energi Berkelanjutan
- Sinergi Pemerintah, Akademisi, dan Industri: Pemerintah menyediakan kebijakan dan insentif, seperti subsidi untuk energi terbarukan. Perguruan tinggi dan lembaga riset berfokus pada penelitian inovasi teknologi energi terbarukan, seperti teknologi bioenergi dari limbah sawit atau rumput laut. Sementara Industri, khususnya perusahaan BUMN energi, seperti PLN dan Pertamina, memimpin implementasi skala besar untuk energi bersih.
- Pelibatan Komunitas Lokal: Insinyur bekerja sama dengan masyarakat untuk menciptakan solusi yang sesuai dengan kondisi geografis dan sosial, seperti mikrogrid listrik di daerah terpencil berbasis tenaga surya atau angin.
2. Pengembangan Infrastruktur Energi Terbarukan di Tingkat Lokal
- Adaptasi Teknologi Terbarukan: Mengembangkan pembangkit listrik skala kecil berbasis energi terbarukan (PLTS desa atau PLTB mikrohidro) untuk daerah terpencil. Memanfaatkan potensi lokal, seperti tenaga panas bumi di Sulawesi dan Sumatera atau biomassa dari limbah pertanian di Jawa dan Kalimantan.
- Integrasi Smart Grid: Insinyur merancang jaringan pintar untuk mengintegrasikan energi terbarukan dengan sistem listrik nasional, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
3. Mendorong Circular Economy dalam Energi dan Lingkungan
- Manajemen Limbah dan Energi: Insinyur dapat mengembangkan teknologi untuk mengolah limbah menjadi energi (waste-to-energy) yang sesuai dengan kebutuhan lokal, seperti RDF (Refuse Derived Fuel) untuk industri semen.
- Pemanfaatan limbah organik sebagai sumber bioenergi, misalnya biogas di kawasan peternakan.
- Pemanfaatan Teknologi Lokal: Menggunakan teknologi lokal untuk mendaur ulang baterai bekas dari kendaraan listrik, yang mulai berkembang di Indonesia.
4. Pendidikan dan Pengembangan Kapasitas
- Meningkatkan Kapasitas Insinyur Lokal: Insinyur membutuhkan pelatihan berkelanjutan dalam teknologi baru seperti tenaga surya, angin, dan kendaraan listrik. Kolaborasi dengan universitas dalam pengembangan kurikulum keinsinyuran berbasis keberlanjutan dan teknologi hijau.
- Pemberdayaan Komunitas: Pelibatan masyarakat lokal dalam operasi dan pemeliharaan infrastruktur energi terbarukan untuk menciptakan kemandirian energi.
5. Penguatan Kebijakan dan Regulasi
- Insentif untuk Energi Terbarukan: Memberikan insentif pajak atau subsidi untuk proyek energi terbarukan skala kecil hingga besar. Kebijakan energi daerah yang mengharuskan penggunaan energi terbarukan, seperti kewajiban solar rooftop untuk kawasan industri atau bangunan publik.
- Peningkatan Standar Nasional: Mendorong standar nasional untuk pengembangan teknologi energi terbarukan yang sesuai dengan kondisi lokal.
6. Membangun Budaya Berkelanjutan
- Kampanye Publik: Insinyur dapat menjadi ujung tombak dalam mengedukasi masyarakat tentang manfaat energi terbarukan dan gaya hidup hemat energi.
- Program Lokal: Mengintegrasikan program transisi energi dengan kebutuhan sosial, seperti pengadaan listrik berbasis energi terbarukan untuk sekolah-sekolah atau klinik di daerah terpencil.
Ekosistem yang Harus Diciptakan
1. Hub Inovasi Lokal: Membentuk pusat inovasi regional yang berfokus pada solusi energi terbarukan berbasis sumber daya lokal.
2. Dana Energi Berkelanjutan: Pemerintah dan sektor swasta menyediakan dana khusus untuk mendukung proyek energi berkelanjutan.
3. Kerangka Regulasi Terintegrasi:Membangun regulasi yang mendukung transisi energi di semua sektor, dari industri hingga transportasi.
4. Kolaborasi Multistakeholder: Menciptakan forum yang mempertemukan pemerintah, insinyur, akademisi, dan masyarakat untuk solusi bersama.
Dengan pendekatan ini, Sutopo berharap Insinyur Indonesia dapat menjadi motor penggerak transisi energi berkelanjutan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan energi nasional tetapi juga melindungi lingkungan untuk generasi mendatang. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Sutopo Kristanto: Memimpin Insinyur Indonesia Menuju Era Keberlanjutan
Pewarta | : Faizal R Arief |
Editor | : Faizal R Arief |