TIMES SUMSEL, PACITAN – Kepala Pelaksana BPBD Pacitan, Erwin Andriatmoko, mengakui upaya pencegahan tanah longsor di wilayahnya belum berjalan maksimal. Penyebab utamanya, stok bibit tanaman aren masih sangat terbatas.
Padahal, pohon aren dinilai mampu menahan gerakan tanah saat hujan deras mengguyur kawasan lereng. Akar tanaman ini dalam dan kuat mencengkeram tanah.
"Kami sudah berkoordinasi dengan dinas teknis untuk pengadaan bibit aren. Tapi memang ada kendala di penyediaannya. Belum bisa dalam jumlah besar, masih tertunda musim hujan," ujar Erwin, Rabu (23/4/2025).
Erwin menjelaskan, saat ini sebagian besar bencana di Pacitan didominasi tanah longsor. Curah hujan tinggi dengan durasi cukup lama jadi penyebab utamanya.
Data terbaru dari BPBD Pacitan menunjukkan, sepanjang 1 Januari hingga 21 April 2025, sudah terjadi 129 kejadian bencana. Dari jumlah itu, 88 kejadian adalah tanah longsor.
Selain aren, BPBD juga mengusulkan penggunaan tanaman vetiver atau akar wangi. Tanaman ini juga dikenal mampu mencegah longsor karena akar serabutnya yang rapat dan kuat.
"Tanaman vetiver juga kami usulkan. Sudah kami kirimkan surat untuk penghijauan di sepanjang jalur Pacitan-Ponorogo," kata Erwin.
Menurutnya, solusi jangka panjang bukan cuma soal penanaman pohon. Edukasi ke masyarakat juga jadi bagian penting. Terutama bagi warga yang tinggal di lereng atau wilayah rawan bencana.
"Yang kami tekankan jangan hanya bergantung alat deteksi. Kalau mati lampu, alat itu bisa tidak berfungsi. Yang penting masyarakat tahu potensi bencana, tahu jalur evakuasi, tahu cara menyelamatkan diri," tegasnya.
Sosialisasi ke masyarakat terus digencarkan. Tahun ini, BPBD tak hanya menyasar desa, tetapi juga sekolah dan perguruan tinggi.
"Mereka malah antusias. Banyak yang minta materi langsung ke kami. Bahkan sekaligus simulasi lapangan," tambah Erwin.
Dampak Bencana 2025
Selain tanah longsor, data BPBD mencatat beberapa jenis bencana lain, seperti pohon tumbang (14 kejadian), erosi (6 kejadian), kebakaran (5 kejadian), dan tanah ambles (4 kejadian).
Untuk dampak kerusakan, sebanyak 85 rumah dilaporkan terdampak. Terdiri dari:
- Rusak berat: 5 rumah
- Rusak sedang: 13 rumah
- Rusak ringan: 38 rumah
- Rusak sangat ringan: 29 rumah
Fasilitas umum yang rusak mencakup 35 ruas jalan, 8 talud, 1 saluran irigasi, dan 4 sekolah atau gedung.
Sementara itu, bencana juga menyebabkan korban jiwa. Tercatat 7 orang meninggal dunia, 3 orang luka-luka, dan 9 orang harus mengungsi. Satu orang dilaporkan hilang.
Sebaran Kejadian
Kecamatan Tegalombo jadi wilayah dengan kejadian bencana terbanyak, yaitu 23 kejadian. Disusul Arjosari dan Nawangan masing-masing 16 kejadian, serta Tulakan sebanyak 18 kejadian.
BPBD berharap, ke depan ada dukungan lebih dari semua pihak, baik pemerintah, lembaga swasta, maupun masyarakat umum.
"Bencana ini tanggung jawab bersama. Pencegahannya juga harus bersama-sama," pungkas Erwin. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Bibit Aren Langka, BPBD Pacitan Akui Pencegahan Longsor Masih Terkendala
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |