TIMES SUMSEL, JAKARTA – Di tengah gempuran konten cepat di media sosial, kita sering terjebak dalam konsumsi konten yang tak menantang dan hanya menawarkan hiburan sesaat. Tanpa kita sadari, ini bisa berujung pada fenomena brain rot, atau pembusukan otak, yang perlahan merusak kemampuan berpikir kritis kita.
Kehadiran meme lucu, video viral, dan tantangan seru memang menarik, namun jika dikonsumsi berlebihan, dampaknya bisa jauh lebih besar dari yang kita bayangkan.
Otak yang terus-terusan disuguhkan dengan informasi yang dangkal akan semakin malas berpikir, mengurangi kualitas hidup secara keseluruhan.
Pemicu Brain Rot dari Konten Receh
Ada beberapa kebiasaan yang bisa memicu terjadinya brain rot akibat konsumsi berlebihan konten receh. Berikut beberapa cara untuk menghindarinya:
1. Terlalu Banyak Menghabiskan Waktu di Media Sosial
Terus-terusan scroll media sosial bisa memicu kecanduan akan hiburan instan. Setiap video lucu yang muncul memberikan dorongan dopamine yang cepat, tetapi tidak memberikan manfaat jangka panjang bagi perkembangan mental.
Alihkan perhatian pada kegiatan yang lebih bermanfaat seperti membaca atau menonton konten edukatif.
2. Hanya Fokus pada Konten Ringan dan Menghibur
Meskipun menghibur, konten seperti meme dan tantangan viral tidak menuntut kita untuk berpikir mendalam. Konten semacam ini memang bisa jadi seru, tetapi jika terlalu sering dikonsumsi, akan menghambat kemampuan otak untuk melakukan pemikiran kritis.
3. Menunda Aktivitas yang Menuntut Fokus
Karena terbiasa dengan konten yang singkat dan cepat, otak kita menjadi kurang terlatih untuk berkonsentrasi pada hal-hal yang membutuhkan perhatian lebih lama.
Untuk itu, penting untuk melatih fokus dengan cara yang lebih menantang, seperti membaca buku atau menyelesaikan tugas yang memerlukan pemikiran mendalam.
4. Mengabaikan Tantangan Mental
Sumber utama dari brain rot adalah kurangnya tantangan mental. Dengan terus mengonsumsi konten yang tidak menuntut pemikiran, kemampuan kita untuk menghadapi tugas berat baik itu pekerjaan, studi, atau permasalahan pribadi menjadi semakin menurun.
Fenomena Brain Rot di Media Sosial
Di dunia media sosial yang penuh dengan konten singkat dan mudah dicerna, brain rot semakin mudah terjadi.
Platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts sering menyajikan video yang hanya berlangsung beberapa detik, membuat otak kita terbiasa dengan hiburan cepat tanpa memberikan ruang untuk refleksi atau pemikiran yang mendalam.
Konten-konten ini memang bisa menghibur, tetapi jika terlalu sering dikonsumsi tanpa ada keseimbangan dengan konten yang lebih mendalam, otak kita bisa kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis dan fokus pada hal-hal yang lebih penting.
Cara Menghindari Brain Rot
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk melawan brain rot akibat konsumsi konten receh:
1. Batasi Waktu di Media Sosial
Tentunya, tidak ada salahnya menggunakan media sosial untuk hiburan, tetapi penting untuk menetapkan batas waktu agar tidak terjebak dalam konsumsi berlebihan. Cobalah untuk hanya menghabiskan waktu 1-2 jam sehari untuk scroll media sosial.
2. Fokus pada Konten yang Memberikan Nilai
Alihkan perhatian dari konten yang hanya menghibur dengan mengonsumsi hal-hal yang lebih mendalam, seperti menonton video edukatif, membaca artikel, atau mengikuti kursus online.
3. Coba Digital Detox
Ambil waktu untuk berhenti sejenak dari media sosial. Cobalah untuk satu hari dalam seminggu tanpa ponsel, agar otak memiliki waktu untuk beristirahat dan kembali segar.
4. Latih Kemampuan Fokus
Baca buku, tulis jurnal, atau coba kegiatan lain yang menuntut konsentrasi lebih lama. Ini bisa membantu otak kembali terlatih untuk fokus pada tugas yang lebih berat.
5. Berikan Waktu untuk Berpikir
Cobalah untuk meluangkan waktu untuk refleksi pribadi. Luangkan waktu untuk berjalan tanpa ponsel, atau bahkan meditasi, untuk menenangkan pikiran dan memberi kesempatan bagi otak untuk bekerja secara lebih produktif.
Konten receh di media sosial memang dapat memberikan hiburan singkat, namun jika dikonsumsi berlebihan, dapat menurunkan kemampuan otak untuk berpikir kritis dan fokus.
Sangat penting untuk menyadari dampak negatif dari kebiasaan ini dan mencari keseimbangan dalam konsumsi konten.
Dengan mengalihkan perhatian pada hal-hal yang lebih bermanfaat dan menantang, kita bisa menjaga kesehatan otak dan meningkatkan kualitas hidup kita di dunia digital.
Pilihan ada di tangan kita jika terus terjebak dalam kebiasaan konsumsi konten yang tidak menantang atau mulai mengalihkan perhatian pada hal-hal yang lebih bermanfaat untuk perkembangan diri. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Menghindari Brain Rot, Efek Buruk Konten Receh Media Sosial Terhadap Otak
Pewarta | : Marisa Andriana (Magang MBKM) |
Editor | : Ronny Wicaksono |